Asuransi jiwa (life insurance) adalah asuransi yang memberikan UP (uang pertanggungan) ketika tertanggung meninggal dunia. UP diterima oleh termaslahat atau ahli waris dari tertanggung. Uang ini akan bermanfaat bagi ahli waris untuk melanjutkan kehidupannya.
Jadi, asuransi jiwa dibutuhkan bukan karena ada orang yang akan meninggal, tapi karena ada orang(-orang) yang harus melanjutkan hidup.
Dalam kondisi seperti apa diperlukan asuransi jiwa?
Suze Orman, seorang perencana keuangan asal Amerika Serikat, merangkum dalam sebuah kalimat yang indah: “Jika seorang anak, pasangan, teman hidup, atau orangtua bergantung kepadamu dan penghasilanmu, maka kamu butuh asuransi jiwa.”
Dari kalimat di atas, maka orang yang wajib memiliki asuransi jiwa meliputi:
1. Suami yang istrinya tidak memiliki penghasilan
Seorang suami wajib memiliki asuransi jiwa jika istrinya tidak memiliki penghasilan, karena jika suami meninggal, istrinya akan kehilangan sumber penghasilan.
Mungkin istri bisa menikah lagi supaya ada yang menafkahi, tapi belum tentu semudah itu.
Jika sang istri memiliki penghasilan, suami tidak wajib tetapi tetap baik untuk memiliki asuransi jiwa.
2. Ayah
Seorang ayah berkewajiban menafkahi anak-anak dan istrinya. Jika ayah meninggal, anak-anak dan istrinya akan kehilangan sumber penghasilan. Oleh karena itu, ayah wajib memiliki asuransi jiwa untuk menggantikan sumber penghasilan bagi keluarganya, jika dia tiada.
Mungkin istrinya bisa menikah lagi supaya keluarganya ada yang menafkahi, tapi tidak akan semudah itu menemukan suami yang sayang kepada anak-anak tiri.
Memiliki uang warisan dari asuransi jiwa suami membuat seorang istri punya pilihan bebas tanpa paksaan, apakah akan menikah lagi atauk fokus membesarkan anak-anaknya sampai dewasa.
3. Ibu tunggal
Seorang istri yang ditinggal suaminya dalam keadaan memiliki anak, dia akan menjadi ibu tunggal atau single mother. Ibu tunggal harus bekerja untuk menghidupi anak-anaknya. Bagi anak-anak, adalah berat ditinggal ayah, tapi akan jauh lebih berat lagi jika kemudian juga ditinggal ibu. Asuransi jiwa akan meringankan beban mereka, setidaknya dari sisi ekonomi.
4. Anak yang menghidupi orangtuanya
Seorang anak, saat masih kecil, dihidupi oleh orangtuanya. Tapi ketika sudah dewasa, bisa jadi dialah yang kemudian menghidupi orangtuanya. Jika anak ini meninggal dunia lebih dulu, karena umur tak ada yang tahu, siapakah yang menggantikannya menghidupi orangtuanya?
Sangat tidak mudah bagi orang yang sudah tua untuk mencari pekerjaan, apalagi jika kondisi kesehatannya sudah berkurang.
Jadi, anak yang berbakti ini butuh asuransi jiwa.
5. Kakak yang menghidupi adiknya
Seorang kakak bisa menjadi sumber nafkah bagi adik-adiknya, terutama ketika orangtua mereka telah tiada. Kakak yang baik ini butuh asuransi jiwa, setidaknya sampai adik-adiknya mandiri.
6. Orang yang memiliki utang
Utang tidak lunas begitu saja ketika seseorang meninggal dunia. Bahkan dalam kepercayaan agama Islam, utang tetap ditagih di Pengadilan Akhirat, yang dibayar dengan pahala (jika ada), atau dengan ditambahkan dosa.
Oleh karena itu, meninggal dunia dalam keadaan memiliki utang sangatlah wajib dihindarkan.
Orang yang memiliki utang wajib memiliki asuransi jiwa yang nilainya minimal setara dengan jumlah utangnya.
Saat ini, utang ke pihak bank seperti utang KPR, KKB, utang bisnis dan lainnya biasanya sudah disertai dengan asuransi jiwa. Tapi utang kartu kredit tidak selalu disertai asuransi karena merupakan pilihan. Sedangkan utang nonformal (utang ke teman atau saudara) dipastikan tanpa asuransi jiwa, jadi orang yang berutang harus memastikan ada yang dapat dipakai untuk membayar utangnya jika dia meninggal dunia (karena umur tak ada yang tahu).
Bagaimana jika saat ini tidak memiliki utang sama sekali?
Jangan lupa, orang yang saat ini tidak punya utang pun bisa saja tiba-tiba memiliki utang, antara lain jika dia atau keluarganya ada yang sakit berat.
Pada Dasarnya Setiap Orang Butuh Asuransi Jiwa
Salah satu dampak kematian adalah biaya pemakaman dan tradisi agama atau budaya yang menyertainya. Entah yang meninggal itu anak-anak atau dewasa, muda atau tua, lajang atau menikah, jika meninggal pasti butuh biaya untuk pemakaman.
Sedangkan tradisi yang menyertai kematian misalnya tahlilan untuk kaum Muslim tradisional di Indonesia, ngaben untuk umat Hindu di Bali, saur matoa di Batak, dan sebagainya.
Asuransi untuk keperluan ini sebetulnya tidak wajib menurut perencana keuangan. Tapi karena bagaimana pun kematian itu butuh biaya, memiliki asuransi jiwa akan tetap berguna.
Jadi, untuk anak, ibu rumah tangga, lajang, dan orang-orang yang tidak memiliki tanggungan, minimal milikilah asuransi jiwa dengan UP senilai biaya yang dibutuhkan untuk pemakaman dan upacara yang menyertainya. Lebih pun tak apa-apa, karena sisanya bisa disumbangkan dan banyak orang yang membutuhkan.
Anda setuju dengan artikel ini?
Jangan tunda lagi untuk memiliki asuransi jiwa, karena umur tak ada yang tahu.
@
Tagged @ Artikel Asuransi
Tagged @ Asuransi Jiwa